Selasa, 21 Maret 2017

Peran Mahasiswa Sebagai Agen of Change dan Social Control



Indonesia saat ini sedang dihadapi dengan problematika yang sangat rumit di segala bidang baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, moral dsb. Misalnya dalam bidang ekonomi seperti masih tingginya angka kemiskinan, korupsi merajalela, dilanjutkan lagi dalam bidang pendidikan seperti pendidikan yang tidak merata, banyaknya tawuran antar pelajar, dan pada bidang sosial seperti perang saudara, kriminalitas, dll. Serta yang paling krusial adalah demoralisasi yang terjadi di kalangan masyarakat baik di kalangan pejabat tinggi, wakil rakyat, mahasiswa, pelajar SMA bahkan pelajar SMP dan SD pun mengalami krisis moral tersebut. Sungguh dramatis dan miris sekali jika kita lihat sekarang di hampir semua layar kaca dan media informasi lain yang menayangkan bagaimana krisis moral ini sudah menular dan menggrogoti semua lapisan masyarakat dari para petinggi negara hingga para pemuda yang akan menjadi penerus bangsa di kemudian hari.


 Demoralisasi tidak dipungkiri telah memasuki ranah mahasiswa, banyak kasus penyimpangan moral yang telah dilakukan mahasiswa seperti banyaknya masalah video porno, anarkisme, narkoba, seks bebas, dsb. Sedangkan kita tahu bahwa mahasiswa telah disiapkan menjadi penerus bangsa yang akan membangun, melanjutkan, dan memajukan bangsa indonesia kelak di masa depan. Mahasiswa lah yang menjadi bibit-bibit pejuang selanjutnya yang menjadi Agen of Change di segala bidang dan menjadi Social Control yang akan terus menjunjung tinggi keterbukaan dan transparansi dalam melaksanakan pemerintahan agar lebih mensejahterakan rakyatnya dan meminimalisir tingkat penyelewengan di tingkat aparatur negara.


Globalisasi adalah salah satu hal yang telah membentuk dan mencetak generasi muda di masa depan. Dengan adanya globalisasi dan banyaknya teknologi canggih yang ada dan mudahnya mengakses internet menjadi jalan mulus semakin tingginya demoralisasi mahasiswa. 


pada masa awal kemerdekaan dan orde baru menjadi Social Control bagi pemerintah yang tidak transparansi dan tidak adil dalam memegang amanah rakyat. Untuk itu penulis ingin memberikan sebuah alternatif sederhana cara atau upaya untuk mengembalikan itu semua yaitu dengan rasa kebersyukuran sebagai langkah awal mahasiswa sebagai Agen of Change dan Social Control yang baik dan berkualitas. Mengapa rasa kebersyukuran? Karena sekarang ini kita tidak lagi menghadapi musuh dari luar yang berupa fisik tapi kita sedang menghadapi musuh dari dalam, yaitu diri sendiri dan nafsu. Syukur atau rasa kebersyukuran disini maksudnya adalah rasa terimakasih dan selalu merasa cukup terhadap apa yang dimilikinya dan yang tentunya telah didahului dengan usaha yang maksimal. Mahasiswa dengan rasa kebersyukuran pastinya di masa depan akan melahirkan para penerus bangsa yang bertanggung jawab dan tidak akan mudah menerima dan mengambil sesuatu yang tidak harus dimilikinya. 

Mahasiswa yang sejak dini di tanamkan rasa kebersyukuran dan kelak akan menjadi pemimpin bangsa akan terus berusaha melakukan sesuatu dengan maksimal dan akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk rakyatnya. Rasa kebersyukuran seperti pelengkap terhadap tingginya intelektualitas mahasiswa. Dengan adanya rasa kebersyukuran maka perubahan itu akan dengan sendirinya tumbuh baik dalam diri sendiri dan akan mengakibatkan perubahan dan manfaat pada orang lain dengan tidak menyelewengkan kekuasaan atau posisi yang sedang diduduki dan akan merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Dengan adanya rasa kebersyukuran diharapkan mahasiswa bisa menjalankan perannya dengan baik dan optimal yaitu sebagai agen perubahan dan kontrol sosial dimasa sekarang maupun yang akan datang. Karena mahasiswa adalah warisan dan aset besar negara di masa depan.


Peran mahasiswa sebagai Agen of Change dan Social Control adalah perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan akan memberikan manfaat serta menjadi pengontrol untuk dirinya sendiri, orang tua, teman-teman, orang-orang di sekitarnya dan untuk negara. Untuk diri sendiri manfaat sebagai Agen of Change adalah menjadikan kualitas diri semakin baik yaitu dengan rasa kebersyukuran, baik kualitas keimanan maupun hubungan sosial. Jadi, mahasiswa itu sebagai agen perubahan untuk dirinya terlebih dahulu baru terhadap yang hal lain, karena suatu perubahan itu tidak akan muncul sebelum kita sendir yang melakukannya. Karena dasar dari semua yang ada di dunia ini adalah manusia itu sendiri misalnya kecanggihan teknologi, itu semua dihasilkan dari potensi dasar yang telah diberikan oleh sang pencipta yaitu berupa akal dan otak yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Rasa kebersyukuran adalah satu cara meningktkan kualitas diri seseorang. Sedangkan sebagai social control adalah mahasiswa harus peka terhadap apa saja yang terjadi dalam dirnya terlebih lagi terhadap penyelewangan dan harus segera melakukan koreksi diri .

Untuk kedua orang tua, teman-teman, dan orang sekitar mahasiswa harus menjadi agen perubahan yang lebih tinggi tingkatannya dari penjelasan yang tadi, jadi mahasiswa itu selain harus memberikan manfaat untuk diri sendiri ia harus memberikan manfaat kepada orang-orang yang ada disekitarnya juga. Dan tentunya hal tersebut tidak bisa kita pisahkan dari rasa kebersyukuran. Mengapa? Karena rasa kebersyukuran akan menghindari kita dari konflik sosial ataupun kecemburuan sosial yang akan merusak hubungan antar sesama seperti dan pastinya jika tidak ada hubungan baik maka tidak akan ada saling memberikan manfaat. Sebagai social control di dalam keluarga atau orang-orang sekitar kita juga tetap harus tetap mengamati perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan sebaiknya memberikan penyelesaian dan solusi yang baik jika ada suatu masalah.

Dan yang paling penting adalah peran mahasiswa sebagai Agen of Change untuk negara kita tercinta yaitu Indonesia. Peran mahasiswa sebagai Agen of Change sangat luas kajiannya, yaitu bisa agen perubahan dalam pendidikan, pembangunan ekonomi, pemberdayaan sosial, pengabdian masyarakat, dan masih banyak lagi. Jika dilihat lagi mahasiswa pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan sangat jauh perbedaannya, selain sudah berbeda situasinya yang dahulunya melawan bangsa orang lain sedangkan sekarang melawan bangsa sendiri. Jadi peran mahasiswa disini adalah menanamkan dasar atau pondasi sebelum menjadi Agen of Change yaitu dengan rasa kebersyukuran. Untuk negara mahasiswa sebagai Social Control harus mampu bersikap kritis terhadap apa yang terjadi di pemerintahan, kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh aparat negara yang semula ingin mensejahterakan rakyat malah semakin menyengsarakan rakyat. Upaya kritis itu tidak hanya dengan melakukan aksi demonstrasi yang anarkis atau bakar ban yang membuat jalan macet berkilo-kilo tetapi bisa dilakukan dengan hal yang lebih positif misalnya menulis, bermusyawarah, atau dengan demonstrasi yang tidak memberikan masalah terhadap orang lain.


Penyebab peran mahasiswa tersebut tidak optimal menurut saya faktornya ada dua yaitu faktor internal dan external. Pertama, dari faktor Internal atau dalam diri mahasiswa itu sendiri adalah kurangnya rasa kesadaran yang dimiliki untuk melakukan perubahan pada diri sendirinya dahulu. Karena saya yakin tidak akan terjadi perubahan di sekeliling kita sebelum kita yang melakukan perubahan terlebih dahulu. Masih tingginya rasa apatis mahasiswa terhadap problematika negara saat ini. Dan masih banyaknya mahasiswa yang tidak tahu tujuannya untuk menjadi mahasiswa, masih banyak yang malas-malasan dalam kuliah karena jatah kuliah 75 % takut mubadzir katanya, dll. Dan yang kedua adalah faktor eksternal yaitu adanya globaliasasi dan modernisasi yaitu kemajuan teknologi, sifat konsumtif, informasi yang tidak dapat di saring, dampak negatif lainnya. Dengan adanya kemajuan teknologi ini kemudahan mengakses internet menjadi sarana terbuka lebar untuk membuka situs-situs yang tidak seharusnya menjadi konsumsi umum. Untuk itu rasa kebersyukuran disi sangatlah penting untuk menghindari hal-hal tersebut. Mahasiswa dengan rasa kebersyukuran akan selalu memikirkan apa yang telah ia dapatkan dan tidak sempat melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.


Jadi, marilah kita sebagai penerus dan harapan bangsa di masa depan dapat menjadikan rasa kebersyukuran ini sebagai dasar dan pondasi dalam pengoptimalan peran mahasiswa sebagai Agen of Change dan Social Control yang baik dan berkualitas. Dan bayangkan apa yang terjadi jika semua pemerintah dan petinggi negara memiliki dasar yang baik dalam membangun bangsa? Tidak akan ada lagi masyarakat yang hidup dengan kemiskinan, memakan nasi basi yang dikeringkan dan banyak lagi hal-hal miris yang diakibatkan oleh para pemimpin negara yang tega mengambil hak yang bukan miliknya.




Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BioInformatika

Nama : Fitri Wabula NPM : 52416895 Kelas : 4IA20